Dunia kerja global, termasuk Indonesia, sedang memasuki era baru: era kolaborasi antara manusia dan kecerdasan buatan (AI). Tidak lagi menjadi ancaman, AI kini dilihat sebagai rekan kerja yang memperkuat potensi manusia. Inilah salah satu temuan utama dalam Work Trend Index (WTI) 2025 yang dirilis oleh Microsoft.
Studi ini melibatkan lebih dari 30.000 pekerja di 31 negara, termasuk Indonesia, serta data produktivitas dari Microsoft 365. Temuannya mengungkap pergeseran besar dalam cara orang bekerja dan bagaimana perusahaan perlu merespons untuk tetap relevan dan kompetitif.
🔍 Hasil Utama: Apa yang Terjadi di Indonesia?
Menurut laporan Microsoft:
- 97% pemimpin bisnis di Indonesia merasa tahun 2025 adalah momen untuk merombak ulang cara kerja mereka.
- 74% pekerja mengatakan mereka merasa kekurangan waktu dan energi untuk fokus pada pekerjaan penting.
- 70% pemimpin khawatir organisasi mereka kekurangan inovasi karena kelelahan karyawan.
Angka-angka ini menggambarkan realitas baru: perusahaan tidak bisa terus mendorong karyawan untuk bekerja lebih keras—mereka harus mulai bekerja lebih cerdas, dan AI bisa menjadi kuncinya.
🤖 AI: Dari Ancaman Menjadi Alat Kolaborasi
Salah satu transformasi terbesar yang disorot adalah persepsi terhadap AI. Jika dulu AI dianggap sebagai pengganti tenaga kerja, kini banyak yang mulai melihatnya sebagai co-pilot yang mempercepat pekerjaan repetitif, meningkatkan efisiensi, dan bahkan mendukung proses pengambilan keputusan.
Beberapa contoh penerapan AI di dunia kerja:
- Menyusun ringkasan email otomatis
- Membuat draft dokumen presentasi
- Menganalisis data dan membuat laporan
- Membantu proses rekrutmen dengan AI screening
Dengan kehadiran tools seperti Microsoft Copilot, perusahaan mulai menempatkan AI sebagai bagian integral dari alur kerja sehari-hari.
📉 Tantangan: Kurangnya Keterampilan AI
Namun, kolaborasi ini belum berjalan sempurna. Laporan tersebut mencatat bahwa:
- 45% karyawan di Indonesia merasa tidak memiliki keterampilan yang cukup untuk menggunakan AI secara efektif.
- 57% pemimpin bisnis menyatakan bahwa mereka akan lebih memilih karyawan dengan kemampuan AI dasar dibandingkan dengan kandidat yang lebih senior tapi tidak terbiasa dengan teknologi.
Ini menciptakan urgensi baru: pengembangan keterampilan digital dan AI menjadi hal wajib, baik bagi pekerja baru maupun profesional berpengalaman.
📈 Solusi: Pelatihan dan Mindset Baru
Untuk menyambut transformasi ini, beberapa langkah strategis yang bisa dilakukan adalah:
Bagi Perusahaan:
- Mengintegrasikan pelatihan AI dalam program onboarding dan pengembangan karyawan
- Mendorong budaya kerja yang adaptif dan terbuka terhadap teknologi
- Memanfaatkan data dan insight dari AI untuk pengambilan keputusan berbasis bukti
Bagi Pekerja:
- Mengikuti kursus atau pelatihan AI dasar (misalnya dari Microsoft, Coursera, atau RevoU)
- Belajar tools yang mendukung produktivitas, seperti Copilot, Notion AI, atau ChatGPT
- Membangun mindset belajar berkelanjutan (lifelong learning)
✨ Kesimpulan
Laporan Microsoft WTI 2025 menunjukkan bahwa masa depan dunia kerja tidak lagi tentang manusia atau AI, tetapi manusia dan AI. Kolaborasi ini adalah kunci untuk mendorong efisiensi, inovasi, dan keseimbangan kerja yang lebih sehat.
Perusahaan yang berhasil memadukan teknologi dengan pengembangan manusia akan menjadi pemenang di era kerja baru. Dan bagi pekerja, kemampuan beradaptasi dan belajar teknologi bukan lagi keunggulan—tapi kebutuhan mendesak.